Selasa, 14 Februari 2012

Aku Bahagia bila kau bahagia

Aku Bahagia bila kau bahagia 

Pacar saya adalah seorang pelajar SMA, saya mencintai sifatnya yang alami
dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul dihati saya ketika saya
 bersandar di bahunya yang bidang.

 Tiga bulan dalam masa perkenalan, dan 14 bulan dalam masa pacaran,
saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan" saya mencintainya
dulu karena dia pendiam dan pintar tapi sekarang dia menjadi banyak tingkah membosankan.

 Saya seorang laki - laki yang sentimentil dan benar" sensitif serta
berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang
menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. pacar
saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang. Dan
ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam
berpacaran kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.


Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya
kepadanya,
bahwa saya menginginkan putus. "Mengapa?", dia bertanya dengan
terkejut
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya
inginkan"

 Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak

seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak. Kekecewaan saya
semakin bertambah, seorang wanita yang bahkan tidak dapat mengekspresikan
perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan  darinya? Dan akhirnya dia
bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?".

 Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya
punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya,
saya akan merubah pikiran saya:

Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing
gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan
mati.

Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?" Dia termenung dan akhirnya
berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."


Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia
tidak ada di rumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an
tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan....


"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan
saya untuk menjelaskan alasannya." Kalimat pertama ini menghancurkan
hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.


"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di
PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan
jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."


"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan
saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan
pintu untukmu ketika pulang.".


"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat
baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan
mata saya untuk mengarahkanmu."


"Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya,
dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."
"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi
'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah
atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan  hal-hal lucu yang aku alami."

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk
kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua
nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti
ubanmu."

"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai,
menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang
bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".


"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena,
saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."
"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih
dari saya mencintaimu."
"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku,
mataku, tidak cukup bagimu.Aku tidak bisa menahan dirimu mencari
tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi
kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk membacanya. "Dan sekarang, sayangku,
kamu telah selasai membaca jawaban saya. Jika kamu puas dengan semua jawaban
ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan
pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."


"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia.".

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan
pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti
kesukaanku.

Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih
dari dia mencintaiku.


Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur
hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta
dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam
wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Seringkali yang kita butuhkan adalah memahami wujud cinta dari
pasangan kita, dan bukan mengharapkan wujud tertentu

Tidak ada komentar: