SEJARAH ASAL MULA KOTA
BOJONEGORO SEBAGAI BUMI ANGLING DHARMA
Disusun Oleh :
1. Henny
Rosinta
|
2. Ria
Vilda S.N
|
3. Siti
Nur Alfiyah
|
\
LAMPIRAN 1 (SURST
PERNYATAAAN)
LEMBAR PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan dibawah
ini:
1. Nama : Henny Rosinta
Alamat : Ds. Balenrejo, Balen, Bojonegoro
2. Nama : Ria Vilda S.N
Alamat : Ds. Kedung Bondo, Balen,
Bojonegoro
3. Nama : Siti Nur Alfiyah
Alamat : Ds. Sumuragung, Sumberrejo,
Bojonegoro
Dengan
ini menyatakan bahwa kami adalah penulis/inventor dari karya tulis ilmiah yang
berjudul:
“SEJARAH
ASAL MULA DAN PERKEMBANGAN KOTA ANGLING DARMA” yang kami ajukan untuk
dapatmengikuti lomba VOC (Voice of History Competition)
dan menyatakan bahwa karya tulis ilmiah tersebut benar-benar merupakan hasil
ide orsinil dan pengembangan (studi pustaka) kami sendiri dan bukan merupakan
invensi/karya tulis orang lain atau hasil penjiplakan dari invensi/karya tulis
oramglain.
Apabila
ada konsekuensi hokum akibat adanya tuntutan dari pihak lain yang merasa
dijiplak , maka akan menjadi tanggung jawab kami sepenuhnya.
Surabaya,
20 November 2012
Henny Rosinta
|
Ria Vilda S.N
|
Siti Nur Alfiyah
|
LAMPIRAN 2 (FORMULIR
PENDAFTARAN)
FORMULIR PENDAFTARAN
AIRLANGGA IDEAS COMPETITION
1. Judul
Karya :
Sejarah Asal Mula Kota Bojonegoro sebagai Kota
Angling Dharma
2. Ketua
Tim : Henny
Rosinta
a. Nama
Lengkap : Henny Rosinta
b. NIS : 312
c. Jurusan : IPA
d. SMA/MA : SMA
e. Tempat,
tanggal Lahir : Bojonegoro, 28
Oktober 1994
f.
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat/Domisili : Ds. Balenrejo, Balen,
Bojonegoro
g. No.
Telepon/HP : 085259959233
h. Email :
Oci.henny@yahoo.com
3. Anggota
1
a. Nama
Lengkap : Ria Vilda S.N
b. NIS : 255
c. Jurusan : IPA
d. SMA/MA : SMA
e. Tempat,
tanggal Lahir : Tuban, 28 Oktober
1995
f.
Jenis Kelamin : Perempuan
g. Alamat/Domisili : Ds. Kedung Bondo, Balen,
Bojonegoro
h. No.
Telepon/HP : 085733533524
i.
Email :
ida.ria82@yahoo.com
4. Anggota 2258
a. Nama
Lengkap : Siti Nur
Alfiyah
b. NIS : 258
c. Jurusan : IPA
d. SMA/MA : SMA
e. Tempat,
tanggal Lahir : Bojonegoro, 05 Mei
1996
f.
Jenis Kelamin : Perempuan
g. Alamat/Domisili : Ds. Sumuragung, Sumberrejo,
Bojonegoro
h. No.
Telepon/HP : 082141124366
i.
Email :
Alfiyah.sitinur@gmail.co.id
LAMPIRAN
3 (HALAMAN PENGESAHAN)
HALAMAN
PENGESAHAN
1. Judul :
Sejarah Asal Mula Kota Bojonegoro sebagai Bumi
Angling Dharma
2. Ketua
Kelompok :
Henny Rosinta
a. Nama
Lengkap :
Henny Rosinta
b. NIS :
312
c. Jurusan : IPA
d. SMA/MA : SMA
e. Alamat
Rumah dan No Tel./HP : Ds.
Balenrejo, Balen, Bojonegoro
i.
Alamat email :
Oci.henny@yahoo.com
3. Anggota
Kelompok/Penulis : Ria
Vilda S.N dan Siti Nur Alfiyah
4. Guru
Pembimbing
a. Nama
Lengkap dan Gelar :
b. NIP :
c. Alamat
Rumah dan No Tel./HP :
Guru
Pembimbing
|
Ketua Kelompok
|
Mengetahui,
Kepala Sekolah
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena kehendak-NyaPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena kehendak-Nyalah karya ilmiah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.
Penulis karya ilmiah ini bertujuan untuk
mengikuti Voice Of History Competition
(Voc). Selain itu, tujuan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah
menginformasikan Sejarah Asal Mula Kota Bojonegoro Sebagai Bumi Angling Dharma
.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini,
penulis banyak mengalami kesulitan terutama dikarenakan waktu yang terlalu
singkat dalam melakukan penelitian di Kota Bojonegoro dan sumber literatur yang
sulit didapatkan. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya karya
ilmiah ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Kepala
Sekolah SMA Negeri 1 Balen
2. Guru
Sejarah Nelly Anugrawati, S.Pd
3. Teman-teman
dari peneliti
4. Semua
teman-teman SMA Negeri 1 Balen
Penulis menyadari, sebagai seorang pelajar
yang pengetahuannya belum seberapa, karya ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan adanya kritikan dan saran yang positif agar karya
ilmiah ini menjadi lebih baik dan berguna bagi pembaca.
Harapan penulis, mudah- mudahan karya
ilmiah yang sederhana ini bermanfaat untuk semua kalangan.
TIM PENYUSUN
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul…………………………………………………………………..i
Lembar
Pernyataan……………………………………………………………..ii
Formulir
Pendaftaran Airlangga Ideas Competition…………………………...iii
Halaman
Pengesahan…………………………………………………………..iv
Kata
Pengantar…………………………………………………………………v
Daftar
Isi……………………………………………………………………….vi
BAB
1 Pendahuluan
1.1
Latar
Belakang………………………………………………………………1
1.2
Rumusan Masalah…………………………………………………………..1-2
1.3
Batasan
Masalah……………………………………………………………..2
1.4
Tujuan
Penelitian…………………………………………………………….2
1.5
Manfaat
Penelitian……………………………………………………………2
BAB
II Landasan Teori
2.1
Pengertian Sejarah……………………………………………………………3
2.2
Deskripsi Kota Bojonegoro…………………………………………………..4
2.3
Sejarah Kota Bojonegoro…………………………………………………….5-6
BAB
III Metode Penelitian ……………………………………………………..7-8
BAB
IV Hasil Penelitian
4.1
Hasil Observasi dan Studi Pustaka…………………………………………9-10
BAB
V Pembahasan
5.1
Sejarah Asal Mula Kota Bojonegoro sebagai Kota Angling Dharma………11-12
5.2
Cara Meningkatkan minat generasi muda terhadap budaya Kota
Bojonegoro…………………………………………………………………13
BAB
VI Penutup
6.1
Kesimpulan………………………………………………………………14
6.2
Saran……………………………………………………………………..14
Daftar
Rujukan……………………………………………………………….16
Lampiran………………………………………………………………………16
SEJARAH
ASAL MULA KOTA BOJONEGORO SEBAGAI BUMI ANGLING DHARMA
ABSTRAK
Angling Dharma sudah menjadi hal yang
sangat dekat dengan masyarakat
Bojonegoro entah sejak kapan hal itu. Yaang pasti kabupaten Bojonegoro dinamai
sesuai nama kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Angling Dharma. Bojonegoro
sendiri bukan tanpa alasan menyebut kerajaan malwapati berada di wilayahnya.
Duaa situs utama diyakini ada hubungannya dengan mitos Angling Dharma yakni
jejak Angling Dharma di desa Wotangare, Kalitidu, Bojonegoro serta Kayangan Api
sebagai sumber api abadi dan merupakan tempat empu Malwapati. Dikedua situs
ditemukan banyak benda purbakala yang menurut Balai Sejaarah merupakan sisa
benda zaman Majapahit. Malwapati sendiri dipercaya merupakan pecahan kerajaan
Majapahit.
Penulis mengajak pembacaa untuk
mengidentifikasi sejarah lokal yang melekat di masyarakat Bojonegoro. Dengan
demikian penulis mencoba menyingkirkan dahulu perdebatan history kisah Angling
Dharmaa berasal. Berdasarkan haasil penelitian yang dilakukan penulis, dapat
disimpulkan bahwa kerajaan Majapahit memang dahulu ada. Berdasarkan bukti-bukti
jejak Angling Dharma dan kerajaan Malwaapati di desa Wotangare, Kalitidu,
Bojonegoro.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Pada zaman modern seperti ini sebagian
besar anak usia remaja di Bojonegoro sudah tidak mengenal sejarah kota mereka.
Mereka tidak peduli dengan asal usul kota mereka sendiri. Bahkan, mereka cenderung mempelajari budaya barat.
Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, keberadaan budaya sendiri semakin memprihatinkan. Mereka berpikir sejarah itu
tidak penting dan tidak perlu diingat-ingat. Padahal sejarah itu merupakan
suatu pengetahuan yang penting dalam kehidupan suatu daerah. Dengan mempelajari
sejarah, kita akan mendapat gambaran tentang kehidupan masyarakat dimasa lampau
atau mengetahui berbagai peristiwa dan kejadian yang terjadi masa lampau.
Peristiwa atau kejadian itu selanjutnya dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
kehidupan masyarakat dimasa yang akan datang. Seharusnya kita sebagai generasi
muda harus lebih mengenal, menjunjung tinggi dan melestarikan sejarah di daerah
kita.
Berdasarkan uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa permasalahan yang
terjadi adalah kurangnya pengetahuan generasi muda terhadap sejarah Kota
Bojonegoro. Hal ini dibuktikan dengan
menurunnya minat generasi muda mengunjungi tempat-tempat wisata peninggalan di
Kota Bojonegoro, seperti: wisata Kayangan Api, Meliwis Putih dan Musium
Rajekwesi. Oleh karena itu, penulis ingin menumbuhkan minat generasi muda
terhadap sejarah Kota Bojonegoro.
Dengan demikian, penulis akan menumbuhkan
minat generasi muda tentang sejarah Kota Bojonegoro melalui karya ilmiah yang berjudul “Sejarah Asal Mula Kota
Bojonegoro sebagai Bumi Angling Dharma”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1
Bagaimaana asal mula Kota Bojonegoro sebagai Bumi Angling Dharma?
1.2.2
Bagaimana solusi untuk mengatasi kurangnya minat generasi muda terhadap sejarah
Kota Bojonegoro?
1.3
Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah tersebut,
karya ilmiah ini hanya membahas tentang asal usul Kota Bojonegoro sebagai Bumi
Angling Dharma dan solusi untuk mengatasi kurangnya minat generasi muda
terhadap sejarah Kota Bojonegoro.
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Mendeskripsikan asal mula Kotaa Bojonegoro sebagai Bumi Angling Dharma.
1.4.2
Mengetahui solusi untuk mengatasi kurangnya minat generasi muda terhadap
sejarah Kota Bojonegoro.
1.5
Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui sejarah asal mula Kota
Bojonegoro dapat menumbuhkan minat generasi muda untuk mengenal, mempelajari
dan melestarikan budaya daerah sendiri. Pepatah mengatakan “Tak kenal maka tak
sayang” dalam hal ini diartikan jika
kita mengenal sejarah daerah sendiri, pasti kita juga akan bangga dan akan
melestarikan budaya daerah sendiri.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Sejarah
2.1.1
Sejarah adalah ceritan tentang perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa
dalam kenyataan disekitar kita. Selain iti sejarah juga diartiakan ilmu yang
bertugas menyelidiki perubahan-perubahan kejadian dan peristiwa dalam kenyataan
disekitar kita. ( Moh. Ali )
2.1.2
Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa
peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan. ( Prof. H. Moh. Yamin
S.H )
2.1.3
Sejarah adalah gambaran manusia masa lalu dan sekitarnya sebagai makhluk social
yang disusun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dan
tafsiran dan penjelasan yang memberikan pengertian dan kepahaman tentang ap
yang telah berlaku. ( Sidi Gazalba )
2.1.4
History is the study of human begingd
have done ( sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat
oleh manusia. ( Patrick Gardiner )
2.1.5
Sejarah adalah catatan-catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan dan
diperbuat oleh manusia. ( J.V Bryce )
2.1.6
Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis
keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan dimasa lampau beserta
kejadian-kejadian dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil
penelitiannya tersebut, untuk selanjutnya dijadikan perbendaharaan pedoman bagi
penilaian dan penentuan keadaan sekarang, serta arah progress masa depan. ( Dr.
H. Roeslan Abdulgani )
2.1.7
History is a significant narrative of
human actions and experiences in the past ( sejarah adalah catatan yang
berarti dan penting dari timdakan dan pengalaman masa lalu manusia ). (W.H.
Walsh )
2.1.8
Sejarah berarti kejadian dan peristiwa tang benar-benar terjadi pada masa
lampau.
Sejarah
berarti ilmu pengetahuan cerita pelajaran tentang kejadian atau peristiwa ynag
benar-benar terjadi dimasa lampau. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia )
Dwi
Ari Listiyani. 2009. Sejarah 1 : Untuk
SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Depatermen Pendidikan Nasional
(BSE)
2.2
Deskripsi Kota Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro memiliki luas sejumlah 230.706 Ha,
dengan jumlah penduduk sebesar 1.176.386 jiwa merupakan bagian dari wilayah
propinsi Jawa Timur dengan jarak ± 110 Km dari ibukota Propinsi Jawa Timur.
Topografi Kabupaten Bojonegoro menunjukkan bahwa di sepanjang daerah aliran
sungai Bengawan Solo merupakan daerah dataran rendah, sedangkan di bagian
Selatan merupakan dataran tinggi disepanjang kawasan Gunung Pandan, Kramat dan
Gajah.
Secara geografis bojonegoro terletak pada 111º25' dan 112º09' BT dan 6º59' dan 7º37' LS
Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tuban. pada sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, pada sisi selatan berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang, sedangkan di sisi bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah).Letak Kabupaten Bojonegoro secara geografis terbelah oleh sungai Bengawan Solo. Bengawan Solo mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan, dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara.Kota Bojonegoro terletak di jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Kota ini juga dilintasi jalur kereta api jalur Surabaya-Semarang-Jakarta.Kabupaten Bojonegoro terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 419 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bojonegoro.
Secara geografis bojonegoro terletak pada 111º25' dan 112º09' BT dan 6º59' dan 7º37' LS
Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tuban. pada sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan, pada sisi selatan berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang, sedangkan di sisi bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Ngawi dan Blora (Jawa Tengah).Letak Kabupaten Bojonegoro secara geografis terbelah oleh sungai Bengawan Solo. Bengawan Solo mengalir dari selatan, menjadi batas alam dari Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan, dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara.Kota Bojonegoro terletak di jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Kota ini juga dilintasi jalur kereta api jalur Surabaya-Semarang-Jakarta.Kabupaten Bojonegoro terdiri atas 27 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 419 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bojonegoro.
2.3 Sejarah
Kota Bojonegoro
Masa kehidupan sejarah Indonesia kuno
ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak abad
I yang membedakan warna kehidupan sejarah Indonesia jaman Madya dan jaman Baru.
Sedangkan Bojonegoro masih dalam wilayah kekuasaan Majapahit, sampai abad XVI
ketika runtuhnya kerajaan Majapahit, kekuasaan pindah ke Demak, Jawa Tengah.
Bojonegoro menjadi wilayah kerajaan Demak, sehingga sejarah Bojonegoro kuno
yang bercorak Hindu dengan fakta yang berupa penemuan-penemuan banyak benda
peninggalan sejarah asal jaman kuno di wilayah hukum Kabupaten Bojonegoro mulai
terbentuk. Slogan yang tertanam dalam tradisi masyarakat sejak masa Majapahit
“sepi ing pamrih, rame ing gawe” tetap dimiliki sampai sekarang.
Bojonegoro sebagai wilayah kerajaan Demak
mempunyai loyalitas tinggi terhadap raja dan kerajaan. Kemudian sehubungan
dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak
dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke
nilai baru Islam tanpa disertai gejolak. Raden Patah, Senopati Jumbun, Adipati
Bintoro, diresmikan sebagai raja I awal abad XVI dan sejak itu Bojonegoro
menjadi wilayah kedaulatan Demak. Dalam peralihan kekuasaan yang disertai
pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah kerajaan Pajang dengan raja
Raden Jaka Tinggkir Adipati Pajang pada tahun 1568.
Pangeran Benawa, putra Sultan Pajang,
Adiwijaya merasa tidak mampu untuk melawan Senopati yang telah merebut
kekuasaan Pajang 1587. Maka Senopati memboyong semua benda pusaka kraton Pajang
ke Mataram, sehingga Bojonegoro kembali bergeser menjadi wilayah kerajaan
Mataram. Daerah Mataram yang telah diserahkan Sunan Amangkurat kepada VOC
berdasarkan perjanjian, adalah pantai utara Pulau Jawa, sehingga merugikan Mataram.
Perjanjian tahun 1677 merupakan kekalahan
politik berat bagi Mataram terhadap VOC. Oleh karena itu, status kadipaten pun
diubah menjadi kabupaten dengan wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Toemapel
yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang pada tanggal
20 Oktober 1677.
Maka tanggal, bulan dan tahun tersebut
ditetapkan sebagai HARI JADI KABUPATEN BOJONEGORO. Pada tahun 1725 Susuhunan
Pakubuwono II naik tahta. Tahun itu juga Susuhunan memerintahkan agar Raden Tumenggung
Haria Mentahun I memindahkan pusat pemerintahan kabupaten Jipang dari Padangan
ke Desa Rajekwesi. Lokasi Rajekwesi ± 10 Km di selatan kota Bojonegoro. Sebagai
kenangan pada keberhasilan leluhur yang meninggalkan nama harum bagi
Bojonegoro, tidak mengherankan kalau nama Rajekwesi tetap dikenang di dalam
hati rakyat Bojonegoro sampai sekarang.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bojonegoro),
diakses 09November 2012.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode
Penelitian Sejarah
Ilmu sejarah mempunyai metode sendiri
dalam mengungkapkan peristiwa sejarah masa lampau agar menghasilkan karya
sejarah yang kritis, ilmiah dan obektif. Metode penelitian sejarah adalah
seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber
sejarah secara efektif
Penulisan karya ilmiah ini menggunakan
deskripsi kuantitatif dan observaasi langsung sebagai sumber utama dalam
menggali fakta-fakta sejarah. Peneliti dilakukan dengan observasi langsung ke sumber-sunber sejarah yang ada
sehingga dengan demikian data yang diperoleh akan lengkap dan valid. Selain itu
penulis juga menggunakan metode studi pustaka dengan mencari literature buku
tentang sejarah angling dharma. Dalam metode ini penulis mendatangi langsung di
Dinas Kebudayaan Bojonegoro yang berlokasi di Jln. Tengku Umar.
Menurut Nugroho Notosusanto, metode
sejarah mempunyai empat langkah kegiatan yaitu,
3.1.1.
Heuristik
Pengumpulan sumber merupakan usaha
yang dilakukan untuk mencari dan menemukan bahan-bahan yang sesuai serta
relevan untuk mendukung kebenaran tulisan. Sumber yang dikumpulkan tersebut
terdiri dari sumber tertulis dan sumber
tidak tertulis atau yang disebut dengan artefact. Penulis mendapatkan
sumber-sumber penulisan dari literature buku
di Dinas Kebudayaan dan Pelestarian Bojonegoro.
Secara lebih terperinci, penulis
melakukan tahapan heuristik sebagai berikut:
a. Pencarian
data secara langsung di daerah Bojonegoro. Dalam tahap ini penulis melakukan
penelitian di Desa Wotangare Kecaamatan Kalitidu dengan ala an di daeraah
tersebut terdapat jejak petilasaan Angling Dharma.
2. Studi
kepustakaan, yang digunakan untuk mendapatkan data tertulis. Dalam tahap ini
penulis mencari literature di Dinas Kebudayaan dan Pelestarian Bojonegoro yang
berlokasi di Jln. Tengku Umar.
3.1.2 Verifikasi
Verifikasi merupakan kritik sumber.
Mengkaji sumber yang diperoleh. Kritik ini bersifat ekstern dan intern.
Kritik ekstern adalah kritik terhadap sumber yang diterima mengenai keaslian
(secara fisik). Sedangkan kritik intern merupakan dapat tidaknya isi dari
sumber tersebut untuk dipercaya.
Buku-buku yang didapat juga perlu
dikritisi karena para penulis buku tersebut terkadang menyajikan tulisan yang
tidak sesuai dengan fakta yang ada. Banyak buku-buku yang ditemukan ditulis
bukan dari kalangan sejarawan dan penulisannya tidak menggunakan metodologi
sejarah yang berlaku sehingga kebenaran fakta yang disajikan masih diragukan.
3.1.3
Interpretasi
Interpretasi merupakan penafsiran
yang dilakukan oleh penulis terhadap data-data yang ada untuk mencari hubungan
antara data satu dengan data yang lain. Kemampuan pribadi dan sudut pandang
yang berbeda memungkinkan terjadinya perbedaan penafsiran atau pemaknaan.
Perbedaan ini diperbolehkan selama tidak menyimpang dari data yang ada. Penulis
melakukan berbagai penafsiran dari data-data yang didapat untuk menyusun sebuah
rangkaian peristiwa yang sesuai dengan pokok bahasan.
3.1.4
Historiografi
Historiografi yaitu penyusunan
atau menyampaikan fakta sejarah menjadi karya ilmiah. Historiografi digunakan
untuk menyimpulkan sintesa dari fakta yang menjadi satu kesatuan dalam bentuk
karya ilmiah. Untuk menyusun karya sejarah ini penulis berusaha untuk bertindak
objektif.
Data-data yang diperoleh diproses
melalui tahapan-tahapan sesuai yang telah dijelaskan di atas, sehingga penulis
lebih mudah dalam menyusunnya untuk dijadikan sebuah tulisan sejarah. Penulis
juga menggunakan buku seperti pedoman-pedoman dalam penulisan sejarah, agar
hasil yang didapat bisa dipertanggungjawabkan segi kesejarahannya.
Dwi
Ari Listiyani. 2009. Sejarah 1 : Untuk
SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Depatermen Pendidikan Nasional
(BSE)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Observasi langsung dan Studi
pustaka
Dari beberapa observasi dan studi pustaka yang dilakukan, penulis pelacakan kebenaran peristiwa (atau
mitos) Angling Dharma sendiri sebenarnya layak untuk didiskusikan. Berdasarkan
penelitian yang telah penulis lakukan di Desa Wotangare Kecamatan Kalitidu
dapat disimpulkan bahwa di daerah tersebut terdapat bekas penggalihan yang
pernah dilakukan Tim Balai Arkeologi Yogyakarta( 29 Juni-8 Juli 2009 ) yang di
dampingi petugas Balai Pelestarian Benda Purbakala Trowulan Mojokerto. Menurut
informasi yang penulis peroleh bahwa terdapat berbagai benda purbakala yang
ditemukan antara lain:
a. Struktur batu bata pondasi rumah,
b. Keramik asal China dan Asia Tenggaara,
c. Uang kepeng zaman Majapahit,
d. Fragmen tulang,
e. Potongan rantai perunggu
Berbagai benda purbakala tersebut
ditemukan kemudian masih akan diteliti lebih mendalam untuk menentukan karakter
situs, perluasan situs juga masa keberadaan pemukiman di wilayah itu merupakan
pemukiman rakyat biasa yang padat atau kaum menengah keatas, seperti kerajaan
atau tidak.
Salah
satu bukti lagi yaitu keris pulanggeni yang tredapat di museum Rajekwesi
Bojonegoro. Konon keris pulanggeni tersebut pada masa kerajaan Majapahit, keris
itu dibuat oleh Empu Ki Supo ketika mendampingi Raja Jayanegara saat melariakn
diri ke Bedander-sekarang dikenal sebagai Dander, salah stu kecamatan di
Bojonegoro.
Berdasarkan bukti-bukti yang ada penulis
memperkirakan bahwa benar terdapat bekas kerajaan di daerah tersebut yang disebut kerajan Malwapati yang dipimpin
oleh Prabu Angling Dharma. Anggapan penulis mungkin dengan bukti tersebut
masyarakat bojonegoro meyakini bahwa daerahnya dianggap menjadi bumi Angling
Dharma. Selain itu terdapat literature buku jejak petilasan Bojonegoro yang
berisi Prabu Angling Dharma pernah bersinggah di Bojonegoro saat mengalami masa
hukuman dan kutukan menjadi burung Belibis. Beliau dihukum oleh Dewi Uma dan
Dewi Ratih karena melanggar janji sendiri untuk tidak menikah lagi sebagai
wujud cintanya kepada Dewi Setyowati yang mati bunuh diri. Dianggap melanggar
janji saat Dewi Uma dan Dewi Ratih menguji keteguhan janji itu dengan cara
menyamar menjadi nenek-nenek dan gadis cantik menyerupai Dewi Setyowati. Dan
runtuhlahlah iman sang Prabu. Kemudian beliau dikutuk kedua kalinya oleh
seorang putri raksasa yang cantik dan pemakan manusia sebagai burung Belibis.
Dan pada perjalanan selanjutnya sampailah beliau di Wonosari, Bojonegoro dan
kisah selanjutnya beliau memperistri Dewi Srenggono, Trusilo, dan Mayangkusuno
dan kemudian mempunyai beberapa putra. Hal itu, membuat kepercayaan mendalam
bagi rakyaa Bojonegoro sehingga kota bojonegoro dijuluki sebagai Kota Angling
Dharma.
BAB
V
PEMBAHASAN
5.1 Sejarah Asal Mula Kota Bojonegoro sebagai Bumi Angling
Dharma
Sejarah tertulis yang ada tentang Sang Prabu,
hanya ada di Serat Angling Dharma dari Serat Babad Tanah Jawi yang entah versi siapa
pun belum jelas (adapun penulis mendapatkannya dari internet, jadi sementara
boleh diasumsikan sebagai Babad Tanah Jawi versi Google). Kejanggalan yang
timbul dibenak penulis adalah kisah Angling Dharma dengan kisah Mahabarata.
Sebagian masyarakat
meyakini bahwa kisah Mahabarata benar-benar terjadi di tanah Jawa. Prabu
Angling Dharma juga dikisahkan merupakan keturunan ke tujuh dari si tampan
Arjuna. Juga merupakan cucu dari Jayabaya. kalau naskah sejarah paling
dipercaya tentang Jawa masa lampau (Babad Tanah Jawi), nama Jayabaya dapat
ditemukan dan “ada”, maka yang agak aneh adalah kepercayaan bahwa Angling
Dharma juga merupakan keturunan Arjuna yang hanya ada di dunia pewayangan dapat
“lahir” ke dunia nyata.
Kepercayaan
mendalam sekumpulan masyarakat dapat disebut sebagai ekspresi identitas yang
melekat dalam masyarakat tersebut. Kepercayaan masyarakat Bojonegoro yang lekat
dengan Bojanegara (tempo Malawapati) inilah yang menjadi pijakan awal penulis
untuk mengkaji mitos Angling Dharma di Bojonegoro. Pada tahap inilah mungkin
dilakukan usaha demotologisasi. Demitologisasi di sini penulis artikan sebagai
sebuah upaya untuk melakukan pengejaan kembali sebuah mitos dan menemukan
nilai-nilai historis.
Identitas Angling
Dharma dan Malowopati sendiri kini terlanjur menempel erat dengan sejarah
Bojonegoro sendiri. Namun, sekali lagi, perdebatan sejarah hanya akan membuat
diskursus ini tumpul saat teks baik berupa prasasti ataupun perkamen sejarah
lain terkait Angling Dharma dapat ditemukan. Kesepakatan kolektif masyarakat
sendiri sampai mengkultuskan Angling Dharma sebagai sosok idaman orang tua saat
“menetek” anak-cucunya. Selain tampan, beliau juga bijak dalam mengambil
segala keputusan. Hal tersebut tergambar jelas di kisah dalam serial televisi
Angling Dharma. Dikisahkan juga bahwa Raja pertama Malowopati tersebut juga
dapat mengenal dan menguasai bahasa hewan laiknya Nabi Sulaiman AS.
Lantaran
banyaknya identifikasi yang “diambil” masyarakat dari karakter Angling Dharma
dari serial televisinya, penulis juga sempat curiga bahwa pengetahuan awam
tentang Angling Dharma telah bersetubuh dengan industri perfilman. Bahkan
serial film Angling Dharma telah memengaruhi konstruksi dan proyeksi masyarakat
Bojonegoro atas identitas Prabu Angling Dharma.
Dari beberapa literatur yang penulis baca,
memang Prabu Angling Dharma pernah bersinggah di Bojonegoro saat mengalami masa
hukuman dan kutukan menjadi burung Belibis. Beliau dihukum oleh Dewi Uma dan
Dewi Ratih karena melanggar janji sendiri untuk tidak menikah lagi sebagai
wujud cintanya kepada Dewi Setyowati yang mati bunuh diri. Dianggap melanggar
janji saat Dewi Uma dan Dewi Ratih menguji keteguhan janji itu dengan cara
menyamar menjadi nenek-nenek dan gadis cantik menyerupai Dewi Setyowati. Dan
runtuhlahlah iman sang Prabu. Kemudian beliau dikutuk kedua kalinya oleh
seorang putri raksasa yang cantik dan pemakan manusia sebagai burung Belibis.
Dan pada perjalanan selanjutnya sampailah beliau di Wonosari, Bojonegoro dan
kisah selanjutnya beliau memperistri Dewi Srenggono, Trusilo, dan Mayangkusuno
dan kemudian mempunyai beberapa putra.
Dan hal terpenting yang perlu dicatat
adalah sang Prabu pernah kembali ke kerajaan Malowopati beserta istri dan
putranya karena saat itu Malowopati diserang Raja Raksana Pancadnyono. Dan atas
kembalinya sang Raja Malowopati, dimenangilah peperangan itu walaupun Batik
Madrim dan pasukanya sempat kwalahan.
Akan tetapi
belum diketahui secara pasti apakah sang Prabu menetap di Mlowopati sampai
akhir hayat atau tidak. Sehingga sampai saat ini masih menjadi perdebatan yang
panjang perihal letak makam Prabu Angling Dharma.
5.2 Cara
Meningkatkan Minat Generasi Muda terhaadap Budaya Kota Bojonegoro
Dengan mengetahui sejaraah asal mula kota
Bojonegoro menumbukan minat generasi muda untuk melesstarikan budaya daerah
sendiri. Haal tersebut dipengaruhi oleh beberapa factor :
a.
Faktor Internal
Berasal dari niat kesadaran diri
sendiri untuk menggenal, mempelajari dan melestarikan budaya daerah sendiri.
Seberapa besar minatnya terhadap budayanya sendiri.
b.
Faktor Eksternal
Berasal dari lingkungan disekitarnya baik
lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah kabupaten. Dari
beberapa lingkungan tersebut yang paling penting dan yang paling mempengaruhi
adalah lingkungan pemerintahan Bojonegoro, seberapa pemerintah kabupaten
Bojonegoro mengenalkan kebudayaan asli Bojonegoro, seperti tari Mliwiss Putih,
tari Tayub, batik Mliwis Mukti
(Motif Burung Legendaris Jelmaan Angling Dharma, Mliwis Putih), Parang Dahono
Munggal (Motif Wisata Api Abadi, Kahyangan Api), pementasan wayang modern yang
menceritakan legenda kota Bojonegoro yang dibuat sedemikian rupa untuk menarik
minat generasi muda.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kota Bojonegoro sebagai Bumi Angling
Dharma didasarkan kerajaan Malwopati yang dipimpin oleh Prabu Angling Dharma,
yang dibuktikan dengan peninggalan-peninggalan bersejarah. Hal ini menjagdin
alasan kuat masyarakat Bojonegoro sebagai Bumi Angling Dharma.
6.2 Saran
Dengan adaanya Angling Dharma sebagai
sejarah yang sangat penting bagi kota Bojonegoro, generasi muda seharusnya
mengeintropeksi diri dan berusaha untuk melestarikannya agar tidak hilang
seiring perkembangan zaman. Nilai-nilai ini harus ditanamkan dengan baik dihati
generasi mida. Selain iuu, harus didukung oleh sarana dan prasana yang
mempermudah generasi muda dalam mempelajarinya.
DAFTAR RUJUKAN
Dwi
Ari Listiyani. 2009. Sejarah 1 : Untuk
SMA/MA Kelas X. Jakarta : Pusat Perbukuan, Depatermen Pendidikan Nasional
(BSE).
( http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bojonegoro),
diakses 09 November 2012.
(http://komunitaskembangmerak.wordpress.com/2011/05/06/angling-dharma-demitologisasi-kebauran-legenda-raja-malawapati), diaakses 09 November 2012
Drs.
Sukari dan Dra. Suyami, M. Hum.2009. Jejak
Petilasan Bojonegoro.Yogyakarta : Balai Pelestarian Nilai Sejarah dan
Tradisi (BPSNT).
LAMPIRAN
Bekas
Galihan Penelitian yang dilakukan BPNAT di Ds. Wotangare, Kalitidu, Bojonegoro
Museum
Rajekwesi Bojonegoro di Jln. Patimura, Bojonegoro
Haskah
Sejarah Bojonegoro dan Keris Pulanggeni yang terdapat di Musium Rajekwesi
Bojonegoro
Tidak ada komentar:
Posting Komentar